Sepotong Kisah dari Yogyakarta
Seperti tahun
sebelumnya SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe melaksanakan kegiatan wajib, yaitu
‘School Visit’. Kegiatan yang merupakan agenda tahunan ini memilih Yogyakarta
sebagai tempat destinasi wisata selanjutnya. Terpilihnya Yogyakarta tentunya
tak lepas dari keindahan pariwisata dan budaya yang khas pada kota yang
dijuluki sebagai daerah istimewa ini. Mengingat sebagai kota pelajar,
Yogyakarta diharapakan mampu menjadi gambaran bagi para siswa bagaimana menjalani
kehidupan kampus nantinya.
Kali ini siswa SMA
kelas XI-lah yang beruntung mendapatkan kesempatan berharga yang belum tentu
bisa didapatkan pada tahun mendatang. Pada tanggal 21 Januari 2018, kegiatan diawali dengan keberangkatan para siswa
dari sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe menuju Bandar Udara Kuala Namu yang menempuh
perjalanan selama 8 jam menggunakan Bus. Sesampainya disana, kami melanjutkan
perjalanan ke Yogyakarta menggunakan pesawat terbang. Setelah menempuh
perjalanan selama kurang lebih tiga setengah jam kami pun mendarat di Bandar
Udara Adisutjipto. Disana kami sudah ditunggu oleh perwakilan pihak travel
bersama bus pariwisata yang akan menemani kami selama berada di Yogyakarta.
Setelah makan
siang kami diantarkan ke Hotel. Selama
kurang lebih dua jam kami diberi waktu untuk beristirahat sebelum nantinya
berpetualang ke Malioboro. Malioboro merupakan salah satu trademark dari
Yogyakarta, disana kita bisa melihat banyak sekali pedagang souvenir yang
menjajakan dagangannya disepanjang jalan. Sementara saat malam hari kita
bisa menemukan surga kuliner Yogyakarta yang membentang dari ujung ke ujung. Agar lebih
puas kami mwmilih berjalan kaki untuk menikmati setiap keindahan arsitektur,
lampu-lampu, berbelanja buah tangan serta berwisata kuliner hingga perut begah.
Berkeliling Malioboro seperti ini membuatku jatuh cinta pada pemandangannya
yang khas bahkan tak sadar bila kaki terasa sakit.
Sekembalinya ke
hotel kami diberikan waktu istirahat hingga akhirnya bangun pada esok hari.
Rutinitas yang sudah dijadwalkan pagi ini adalah mengunjugi Universitas Gadjah
Mada (UGM). Universitas Gadjah Mada merupakan universitas negeri di Indonesia
yang didirikan pada tanggal 19 Desember 1949. Saat memasuki gerbang UGM kita
disuguhkan pemandangan yang asri. Apalagi ditengah lingkungan kampus terdapat
kebun biologi yang lebat dengan koleksi tumbuhan dari berbagai daerah di
Indonesia menambah kesejukan berada di kampus ini.
Kami diberi
kesempatan mengunjungi 2 Fakultas terbaik yang dimiliki UGM yakni Fakultas
Biologi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada dua Fakutas tersebut
kami menerima ilmu yang sangat berharga yang belum tentu bisa didapatkan
ditempat lain. Tak lupa, kami menyempatkan diri mengunjungi Perpustakaan
Universitas Gadjah Mada. Seorang Mahasiswa Jurusan Sosiologi, Mbak G
panggilannya menemani kami melihat-lihat isi perpustakaan. Disini perpustakaan
sudah menggunakan sistem digital, dimana koleksi buku hanya bisa diakses online
bagi pemegang Kartu Mahasiswa UGM. Tetapi masih ada juga beberapa koleksi buku
konvensional dan tidak dimusnahkan. Kami menghabiskan waktu dengan berjalan
kaki berkeliling lingkungan kampus. Ada juga tempat penyewaan sepeda gratis,
cukup menunjukkan Kartu Mahasiswa atau Kartu Tanda Pengenal kita sudah dapat
menaiki sepeda untuk berkeliling lingkungan kampus sepuasnya.
Esok harinya,
rutinitas lainnya dimulai. Setelah sarapan di Hotel kami pergi mengunjungi
Universitas Muhammadyah Yogyakarta (UMY). Pada perguruan tinggi ini kami
mendapatkan ilmu dan wawasan baru yang narasumbernya adalah Mahasiswa dari
Jurusan Hubungan Internasional dan Jurusan Teknik Elektro. Mahasiswa Teknik
Elektro yang jarang berinteraksi dengan khalayak ramai menghadirkan efek kaku
dan canggung sehingga terkadang membuat gelak tawa. Sementara Mahasiswa
Hubungan Internasional memiliki frekuensi berbicara didepan umum yang tinggi
sehingga ia bisa menyampaikan materi dengan lebih santai.
Sehabis makan
siang dan sholat dzuhur, kami melanjutkan perjalanan hari ini dengan berkunjung
ke Keraton Yogyakarta. Bangunan yang berdiri megah dijantung kota, menjadikan
Keraton Yogyakarta menjadi detak yang memberikan ruh pada kota budaya ini.
Istana merupakan bukti bahwa budaya dan tradisi yang masih dihidupi akan mampu
berjalan beriringan dengan laju modernisasi. Sayangnya pada hari itu tidak ada
pertunjukan musik dan tarian apapun. Namun melihat ibu-ibu memakai kebaya jawa
dan para abdi dalem yang bercengkrama bersama rekannya berlalu lalang dihalaman
istana tanpa alas kaki membuktikan bahwa suasana sakral itu masih bisa dirasakan.
Menyusuri istana yang merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya hingga kini
menjadi perjalanan yang sarat pengetahuan.
Petualangan kami
di Yogyakarta untuk mencari ilmu masih berlanjut. Kali ini kami mengunjungi
Museum Monumen Yogja Kembali. Monumen ini didirikan untuk memperingati bahwa
Kota Yogyakarta pernah kembali menjadi ibukota negara Republik Indonesia pada
tanggal 6 Juli 1966. Pada museum ini kami diajak bernostalgia pada ingatan
lampau apalagi koleksi yang dipamerkan dibuat senyata mungkin seperti aslinya.
Pada masa itu Yogyakarta menjadi kota revolusi yang penuh dengan perjuangan
untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan.
Pada hari
ketiga, tempat selanjutnya yang kami singgahi adalah Candi Borobudur. Kurang
lengkap rasanya bila tidak mampir ke Peninggalan Budha terbesar didunia oleh Dinasti
Sailendra ini. Kami tiba pukul 9 ditemani matahari pagi. Candi besar itu
berdiri kokoh diantara gunung-gunung hijau yang menjulang tinggi. Luasnya candi ini membuat kami kelelahan mengitari seluruh
bagian. Sambil berkeliling tak pernah henti kamera mengabadikan setiap moment
Setelah makan
siang dan sholat dzuhur, kami diajak ke tempat penjualan makanan khas
Yogyakarta. Salah satu makanan yang paling terkenal yaitu bakpia dengan
berbagai macam rasa. Puas dengan pemburuan makanan kami kembali melanjutkan
perjalanan ke Museum Benteng Vredeburg. Museum yang yang merupakan benteng
peninggalan Belanda yang terletak didepan Gedung Agung dan Kraton Kesultanan
Yogyakarta. Pohon rindang yang tumbuh disini membuat suasananya sangat asri.
Apalagi tersedia penyewaan sepeda sehingga kami bisa menikmati keindahan museum
dengan cara kami sendiri. Sayangnya waktu yang kami habiskan disini begitu
singkat karna museum hampir ditutup. Selesai menghabiskan waktu di museum kami
diperbolehkan bebas. Lantaran letak museum yang juga sejalan dengan jalan
Malioboro menjadikan kami boleh berbelanja sepuasnya dihari ini.
Pukul 7 kami
kembali berkumpul di bus untuk makan malam dan saat waktu menunjukkan pukul 9
kami kembali ke hotel dan segera membereskan barang-barang karena esok waktunya
untuk pulang.
Pagi hari dihari
terakhir. Kami tidak memiliki agenda apapun lantaran jadwal pesawat pukul 9
malam. Pukul 12 siang kami diperbolehkan untuk jalan-jalan secara pribadi.
Kebanyakan dari kami memilih untuk pergi nonton film di bioskop. Pukul 4
sekembalinya dari mall ternyata ada perayaan dari pihak hotel untuk yang
berulang tahun dibulan Januari. Saat itu teman kami Zahra yang mendapatkan
perayaan spesial itu. Pukul 6 kami berangkat ke Bandar Udara Adisutjipto.
Setelah menunggu di ruang check-in ternyata pesawat kami delay hingga pukul 10.
Tepat pukul 2 waktu dini hari kami tiba di Bandar Udara Kuala Namu dan segera
melanjutkan perjalanan dengan bus ke Lhokseumawe.
Yogyakarta
tak pernah ada habisnya untuk dibahas. Seperti yang banyak orang katakan, Yogja
selalu memberikan cerita dan kerinduan. Nyamannya berwisata disini dapat kita
rasakan kapan saja tak peduli dalam keadaan hujan ataupun terik, disore dan siang
hari bahkan juga malam hari. Menikmati kota istimewa ini bersama teman-teman
memberikan banyak kenangan indah hingga
rasanya tak rela untuk segera pulang. Sampai jumpa lagi Yogja !
Inilah
beberapa potret senyum manis kegembiraan kami selama berada di Yogyakarta.
•••
Hi My Day ...
Terima kasih sekali atas waktu yang kalian habiskan untuk
membaca postingan kali ini
Sampai jumpa dipostingan berikutnya
With Love D
Komentar
Posting Komentar